Cara Hidup Bahagia 2

Cara Hidup Bahagia 2


Cahaya dalam Diri


Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan hijau, hiduplah seorang gadis bernama Aksa. Ia bukan seperti anak-anak lain di desanya yang suka berlari-lari di ladang atau bermain di sungai. Aksa lebih senang duduk di bawah pohon besar dekat rumahnya, menggambar atau membaca buku yang diberikan ibunya.

Sejak kecil, Aksa sering mendengar orang-orang berbicara tentang dirinya.

"Kenapa dia tidak seperti anak-anak lain? Kenapa dia selalu menyendiri?"

"Dia aneh, tidak suka bermain dengan yang lain."

Ucapan itu membuat Aksa sedih. Ia mulai bertanya-tanya, Apa aku memang berbeda? Apa aku seharusnya berubah?

Suatu hari, ibunya duduk di sampingnya dan bertanya, "Apa yang membuatmu bersedih, Nak?"

Aksa menghela napas. "Aku merasa tidak seperti yang lain, Ibu. Mereka bilang aku aneh."

Sang ibu tersenyum lembut. "Pernahkah kau melihat bulan di langit malam?"

Aksa mengangguk.

"Bulan tidak bersinar seperti matahari, tapi keindahannya tidak kalah, bukan? Jika bulan mencoba menjadi matahari, ia akan kehilangan cahayanya sendiri. Begitu juga dengan dirimu, Aksa. Kau tidak perlu menjadi seperti orang lain untuk bersinar. Terimalah dirimu, karena itulah yang membuatmu istimewa."

Kata-kata ibunya melekat dalam hati Aksa. Ia mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah kesalahan. Ia mencintai dunianya sendiri—buku-bukunya, gambar-gambarnya, dan pikirannya yang penuh imajinasi. Ia tidak lagi mencoba menjadi seperti orang lain.

Seiring waktu, Aksa mulai hidup dengan lebih ringan. Ia tersenyum lebih banyak, bukan untuk menyenangkan orang lain, tapi karena ia merasa bahagia. Orang-orang di desanya pun perlahan melihat bahwa Aksa memang berbeda, tapi dalam cara yang indah.

Dan sejak saat itu, Aksa tidak lagi takut menjadi dirinya sendiri. Ia tahu bahwa kebahagiaan sejati datang dari menerima diri apa adanya—bukan dari kata-kata orang lain, melainkan dari cahaya yang bersinar dalam dirinya sendiri.


0 Comments :

Posting Komentar